Remember the five simple rules to be happy:

Selasa, 11 Mei 2010

T.A.H.I…H.A.T.I
Oleh : Ali Mustofa (2010)

Di sebuah “Rumah Sakit Jiwa”, maklumlah, namanya juga RSJ, pasiennya tentu saja orang yang mengalami masalah kejiwaan. Namanya juga orang sakit jiwa, sudah tentu berbeda dengan orang waras. Berbeda dengan orang waras? Apa benar. Kelihatannya sih, tidak ada perbedaan. Apa benar tidak ada perbedaan. Apa karena “dunia panggung sandiwara”?

1. Painah+Paijem+Paijan : (bernyanyi bersama) “Sinar mentari, kepada bumi, tak terkira sepanjang massa. Hanya memberi tak harap kembali, bagaikan kasih, ibu kepada beta”
2. Dokter : “Kamu masih ingat dengan ibumu?”
3. Paijan : “ibu.. I… B… U… Ini ibu budi, ini bapak budi. Bapaaak, ini budi. Ibuuu, ini budi. Ibu bu..buudiii bapak… bapak buu.buudi ibu. Bapak ibu?? Bubud-bubudan doong…”
4. Dokter : “Waah waah waah, kalian semakin pinter sekarang. Ibu jadi bangga. Paijan, kamu sudah mandi belum?”
5. Paijan : “Dokter.. dokter, aku kan matahari, kalau aku mandi aku bisa padam dan mati…”
6. Dokter : “Matahari itu indah dan sedap di pandang mata. Coba kamu lihat mentari di pagi hari, yang memberikan kehangatan dan cahaya dari kegelapan”
7. Painah : “he he he he…”
8. Dokter : “Eeeeh… Painah”
9. Painah : “Iya, saya”
10. Dokter : “Kamu sudah tahu apa belum, kamu ini siapa?”
11. Painah : “Ibu ini kaya orang waras saja, ya jelas aku ini orang… Painah yang baik hati dan tidak sombong…”
12. Dokter : “Bagus kalau begitu. Kamu sudah merasa jadi orang yang sungguhan to sekarang?”
13. Painah : “Ya jelas…!!!”
14. Dokter : “Bener?”
15. Painah : “yakin mbulikiin… Saya ini orang, bukan jagung lagi…”
16. Dokter : “jadi, kamu nggak takut lagi sama ayam?”
17. Painah : “Ya enggaklah, Saya tidak takut lagi”
18. Dokter : (manggut-manggut) “Bagus….”
19. Painah : “Tapi, Ayam ayam itu, tahu nggak ya kalau aku sudah berubah jadi orang…”
(Kemudian 2 suster masuk, Painah, Paijem dan Paijan bergegas kabur)
20. Paijem : “Lariiiiiii….”
21. Paijan : “Apa…..”
22. Paijem : “Suster ngesot”
23. Painah : “Suster keramas”
24. Paijem : “ha hhaaaa hhah ah ah”
25. Paijan ; “LAARIIIII….!!!” (semua orang gila exit)
26. Dokter : “Kenapa kalian menakut nakuti pasien?”
27. Suster : “Maaf Dok, saya tidak bermaksud mengganggu mereka, hanya mencoba untuk ramah”
28. Wati : “Iya Dok, maklumlah, kami baru beberapa hari bekerja disini”
29. Suster : “Namanya juga orang gila, susah ditebak. Mereka melakukan sesuatu yang tidak lumrah”
30. Dokter : “Ternyata orang gila dan orang waras sama, sulit dibedakan”
31. Wati : “Maksud Dokter”
32. Dokter : “Sama-sama melakukan sesuatu yang tidak lumrah. Walaupun untuk cari sensasi atau pamer…”
33. Suster : “memang sulit menilai, orang itu terkena sakit jiwa atau tidak”
34. Dokter : “Seorang yang diserang penyakit jiwa (Psychose), kepribadiannya terganggu, dan selanjutkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang yang sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia sakit, sebaliknya ia menganggap bahwa dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul dan lebih penting dari orang lain”
35. Suster : “ Sakit jiwa itu ada 2 macam, pertama; disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh. Misalnya otak, sentral saraf atau hilangnya kemampuan berbagai kelenjar. Hal ini mungkin disebabkan karena keracunan akibat minuman keras, obat-obatan perangsang atau narkotik, akibat penyakit kotor dan sebagainya”
36. Wati : “Kedua, disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar atau hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat suasana lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya”
37. Dokter : “Kamu kok tahu?
38. Wati : “Ilmu itu bisa kita dapatkan kapan saja dan dimana saja, walaupun aku tak lebih dari pramusaji, bukan berarti aku minim teori”
39. Dokter : “ Ilmu akan benar-benar bermanfaat jika kita mengetahui teorinya dan mampu pengaplikasiknnya”
40. Suster : “Amat sangat susah sekali”
41. Dokter : “Itulah ilmu”
42. Wati : “Mmm, gangguan jiwa itu menurut teori ada berapa macam Dok?”
43. Dokter : “Ada tiga, yaitu: Schizophrenia, Paranoia dan Manicdepressive”
44. Suster : “Oh ya Dok, akhir-akhir ini saya merasa ada sesuatu pada salah satu pasien kita”
45. Dokter : “Siapa?”
46. Wati : “Paijo??”
47. Suster : “Iya dok, kalau yang lain sih masih sama saja. Belum ada perkembangan. Masih terganggu”
48. Wati : “Kaya kamu!”
49. Suster : “Kamu juga, ngumpul sama orang gila ikut-ikutan gila”
50. Dokter : “Apa kalian benar-benar waras?”
(Suster dan Wati terdiam)
51. Dokter : “Suster, tolong panggilkan Paijo. Coba kamu ajak dia kesini. Ingat, dengan cara yang halus. Jangan terbawa emosi.. atau, kamu jadi ikut gila”
52. Suster : “Iya Dok”
(sejenak panggung dalam keadaan hening, tampak kesibukan Dokter dan suster dengan tugasnya masing-masing. Beberapa saat kemudian suster Wati menarik Paijo)
53. Paijo : (memaki-maki Suster Wati) “Nggak tahu orang lagi senang apa, aku lagi onani. Eh, maksudku, orasi. Kenapa kamu paksa aku kesini!! Gara-gara kamu, semua pendukungku kabur. Mereka pasti akan mencontreng orang lain. Kamu telah memupuskan harapanku! Tidak di luar sana juga tidak di dalam sini, sama saja!”
54. Dokter : “Suster??”
55. Suster : “Dia melawan Dok”
56. Dokter : “Suster….!!!” (sedikit kesal dengan suster Wati)
57. Suster : “Iya Dok, maaf”
58. Dokter : “Tolong tinggalkan ruangan ini, saya ingin bernegosiasi dengan Paijo”
59. Wati+Suster : “Iya Dok” (Suster dan Wati exit)
60. Paijo : “Dasar, orang yang tak mau lihat orang lain senang! Pergi sana!”
61. Dokter : “Paijo, kamu tadi sedang apa?”
62. Paijo : “Kampanye!”
63. Dokter : “Tidak usah berpura-pura. Di ruangan ini hanya ada kita berdua. Kamu jangan berkelit lagi. Aku sudah tahu semuanya”
64. Paijo : “Maksud dokter?”
65. Dokter : “kamu orang gila yang waras, atau orang waras yang gila?”
66. Paijo : “Jangan berbelit Dok, aku tak mengerti dengan maksud dokter!”
67. Dokter : “Dari hasil pengamatanku, aku tidak menangkap adanya indikasi bahwa kamu benar-benar sakit jiwa”
68. Paijo : “Maksud Dokter??”
69. Dokter : “Jangan berpura-pura. Kamu bisa mengelabui orang lain, tetapi aku…tidak”
70. Paijo : “DUNIA!!!! AKU INI GILA!!! TANYAKAN PADA TEMBOK BENGKAH BAHWA AKU GILA!!! TANYAKAN PADA GOMBAL ROMBENG BAHWA AKU GILA!!! DAN TANYAKAN PADA………….”
71. Dokter : “Hati nuranimu”
72. Paijo : “Syukurlah kalau Dokter mau mengerti”
73. Dokter : “Mengapa kamu bersandiwara? Meskipun hidup ini adalah sebuah sandiwara”
74. Paijo : “Justru itu Dok, aku berada di tempat ini karena sudah muak dan bosan dengan ke-sandiwara-an”
75. Dokter : “Lalu, mengapa kamu malah menjerumuskan diri dalam sandiwara itu?”
76. Paijo : “Karena aku ingin lepas dari sebuah sandiwara. Sandiwara yang tak berujung. Sandiwara yang berkesinambungan. Dan sandiwara yang penuh kemunafikan”
77. Dokter : “itulah kehidupan. Semua akan berakhir jika kontrak nafas kita sudah berakhir.”
78. Paijo : “Aku suka tempat ini Dok, aku krasan disini. Tidak ada yang bersandiwara, kecuali Dokter dan suster”
79. Dokter : “Maafkan kami Jo, semua ini demi kebaikanmu dan kebaikan teman-temanmu. Semua kami lakukan demi tugas dan kewajiban. Tak lebih”
80. Paijo : “Ada yang bersandiwara demi tugas dan kewajiban, ada yang bersandiwara demi memperoleh kekayaan yang melimpah, ada yang bersandiwara demi memperoleh jabatan, dan ada yang bersandiwara demi memperoleh juara”
81. Dokter : “Kemarin aku telah menghubungi istrimu. Aku sudah menyampaikan semuanya. Dan….”
82. Paijo : “Dan apa!!! Sandiwara lagi!! Aku sudah muak dengan sandiwaranya. Kalau saja dia adalah artis Hollywood, pasti dia sudah meraih piala Oscar sebagai aktris terbaik mengalahkan Kate Winslet”
83. Dokter : “Dia…”
84. Paijo : “Dia ya dia, yang pandai bersandiwara. Dia selalu menjadi tokoh utama dalam sebuah sandiwara, baik sebagai penulis naskahnya, sutradaranya, dan pemeran utamanya”
85. Dokter : “Dia…” (tiba-tiba Paini istri Paijo muncul)
86. Paijo : “Dia itu….” (kaget melihat penampakan istrinya)
87. Dokter : “Dia ada disini Jo” (Dokter exit)
88. Paini : “Mas…. Maafkan aku….” (bersimpuh di kaki Paijo dan menangis)
89. Paijo : “Rayuan itu lagi… dengar!! Aku sudah kapok dan waleh dengan semua rayuanmu!!”
90. Paini : “Aku menyesal mas, selama ini aku telah banyak mengecewakanmu. Aku telah mengacuhkanmu, aku tak mempedulikanmu.”
91. Paijo : “kamu kira aku akan dengan sangat mudah memaafkanmu. Berapa kali kamu lakukan ini kepadaku? Berapa kali juga kamu menyakitiku… hitung!! Hitung!! Kesepuluh jari-jari di tanganmu itu takkan cukup, walaupun ditambah dengan jari jemariku maupun semua orang gila di rumah sakit ini!”
92. Paini : “Mas, bukalah pintu hatimu untukku… Aku berjanji tak kan mengulanginya…”
93. Paijo : “Janji, berapa kali kamu berjanji?? Berapa kali?? Sejumlah itu pula kamu mengingkarinya”
94. Paini : “Aku sudah menerima balasan dari semua perbuatanku. Ternyata, hanya kamu yang mau mengerti. Hanya kamu yang mau memahami. Dan hanya kamu yang aku cintai”
95. Paijo : “Jangan kau katakan lagi! Aku ingin disini. Aku bahagia disini. Lepas dari kemunafikan” (Paijo menangis. Dokter masuk, di ikuti oleh Paijan, Painah, dan Paijem)
96. Dokter : “Tempat kamu bukan disini. Bagaimanapun, kamu harus pulang. Istrimu sudah menyadari semua kesalahannya. Manusia bisa member dan mampui menerima”
97. Paijo : “Dia telah kuberi HATI, tetapi dia memberi TAHI”
98. Dokter : “Apakah matahari memberi berharap untuk menerima?”
99. Paijo : “Aku bukanlah matahari”
100. Dokter ; ‘Kita semua bukan matahari, tetapi kita punya matahati”
101. Paijo : “Hatiku telah menjadi tahi”
102. Paini : “Ijinkan ku pungut tahi itu, untuk kulekatkan di hati ini. Untuk memupuk semua kegersanganku. Yang selama ini telah membelengguku dan menghancurkanmu”
103. Dokter : “Kemarau telah berlalu, guyuran hujan akan menumbuhkan tunas-tunas baru, yang kelak akan menumbuhkan bunga dan dedaunan. Dan akan bersemi bibit-bibit baru, yang akan memberi kerindangan dalam belantara”
104. Paijo : “Paini…. Istriku….. Aku bukanlah matahari. Tetapi, mampukah cahayaku memberimu benderang dalam kelam” (menangis tersedu-sedu)
105. Paini : “Mas, cahay itulah yang kunanti. Bukan cahay semu yang mengelabuki…” (Paijo dan Paini segera menemui Paijan Cs)
106. Paijan+Paijem+Painah : (menjadi anak-anak kecil)
(Dokter, Paijo dan Paini exit)
107. Paijan+Paijem+Painah : (bernyanyi bersama) “kasih Paijo, kepada Paini, tak terkira sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali, bagaikan surya menyinari dunia” (lagu diulangi terus-menerus sampai lampu benar-benar padam)

End__@__Tek